Wednesday, April 11, 2012

Rapuh Lantaran Terali Besi

PENGAMANAN dan kekokohan rumah ternyata tidak menjamin penghuni rumah di dalamnya aman. Itulah yang terjadi ketika toko peralatan elektronik Brayan Jaya di Pulau Brayan, terbakar, Selasa dinihari, 10 April 2012. Akibat kebakaran itu, tujuh orang penghuni rumah meninggal dunia terpanggang. Sedangkan, Elfrin Situmanggor, pembantu di rumah itu, luka parah karena meloncat dari lantai tiga rumah toko (ruko) itu.

Ketujuh korban yang meninggal adalah, Ana, 39 tahun, bersama tiga anaknya, Chelsea, 14 ahun, Chelson, 12 tahun dan Chelster, 9 tahun. Korban lainnya adalah mertua Ana, Ching Thing Acu, 80 tahun, dua adik Ana yang baru datang dari Taiwan, Amoi, 30 tahun dan Yulia, 22 tahun. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri karena tidak bisa keluar dari ruko yang pintu depannya dilengkapi dengan jeruji besi itu.

Menurut Aho, 47 tahun, ruko tersebut digunakan abangnya, Along untuk mengelola toko Brayan Jaya. Along sendiri tidak tidak tinggal di sana, tapi di Jalan Budi Kemerdekaan No 42 C yang tidak jauh  dari ruko itu. Sedangkan di ruko tersebut, tinggal adik iparnya Ana bersama anaknya dan ibu mertuanya atau ibu Aho dan Along. Selain itu, di sana tinggal pula Elfrin Situmanggor, pembantu rumah. Sedangkan suami Ana, Ajen, baru meninggal tiga minggu sebelumnya.

Ana sendiri mengelola toko Citra Jaya berjarak beberapa pintu dari toko Brayan Jaya yang terbakar. Beberapa hari sebelumnya, tiga adik Ana datang dari Taiwan. Dua orang adik Ana --Amoi dan Yulia --menginap di ruko dan seorang lagi tidur di rumah Along. Menurut Aho, dinihari itu dia ditelepon Ana. Namun belum sempat bicara, teleponnya sudah putus.

Aho langsung berlari menuju lokasi kebakaran, yang tidak jauh dari rumahnya. Namun ketika sampai, masyarakat sudah ramai dan kobaran api sudah tinggi. Sejumlah mobil pemadaman kebakaran juga sudah datang. Awalnya Aho berusaha mendobrak pintu besi ruko, namun dihalangi petugas. Akhirnya dia pasrah menyaksikan ruko itu terbakar dan menewaskan tujuh kerabatnya tanpa mendapat pertolongan.

Kasus kebakaran ruko berpengaman jeruji besi yang menelan korban di Pulau Brayan ini adalah kasus yang kesekian kali terjadi di Medan. Sebelumnya kasus serupa pernah terjadi  beberapa kali. Umumnya korban tidak bisa diselamatkan karena jeruji besi ruko terlalu kokoh untuk dibuka paksa, baik oleh korban yang terkurung di dalam, maupun oleh masyarakat penolong dari luar.

Sebagian besar ruko dan rumah tempat tinggal penduduk keturunan Cina di Medan dilengkapi dengan pintu berlapis, termasuk jerejak besi. Ini dimaksudkan untuk keamanan dari gangguan maling. Terkadang mereka tidak melengkapi rumah dengan pintu darurat. Namun sikap kehati-hatian dengan melengkapi rumah dengan terali besi, justru menjadi petaka, terutama jika terjadi kebakaran.

Ternyata kebakaran ini membawa hikmah. Pemerintah Kota (Pemko) Medan bakal melarang rumah menggunakan terali besi dan tanpa pintu darurat di Medan. Ini untuk menghindarkan kasus serupa tidak menelan korban lagi. Walau terlambat, kita menyambut baik langkah Pemko ini.

Selain melarang pemasangan terali besi, pihak pemerintah semestinya juga meningkatkan keamanan dan mendorong interaksi positif masyarakat keturunan Cina dengan masyarakat sekitarnya. Sehingga masyarakat keturunan Cina tidak perlu lagi melengkapi rumah mereka dengan jerejak besi untuk menjaga keamanan pribadi dan keluarganya.

No comments:

Post a Comment